Header Ad

Relasi Tiga Penyokong Pendidikan

7 Maret 2018
628 Views

@masriadi

MURID TK Bunda berfoto bersama dengan para guru dan kepala sekolah.

SATU hari saya menerima undangan dari Taman Kanak-kanak (TK) Bunda, tempat dimana putra sulung saya, Arza Arfan Sambo, sekolah. Undangan itu dijadwalkan untuk membahas perkembangan murid dan program taman kanak-kanan terakreditasi dengan nilai B itu.

Secara berkala, undangan jenis ini kerap kami terima. Saya dan istri memilih selalu datang, secara bergantian. Jika saya tak sempat, maka istri lah yang akan menghadiri undangan sekolah di Jalan Medan-Banda Aceh, Desa Meunasah Mesjid, Kecamatan Muara Dua, Kota Lhokseumawe itu.

Ketika saya datang pukul 09.00 WIB, orang tua dari murid TK lainnya juga sudah hadir. Mayoritas kaum ibu. Hanya saya dan seorang wali murid lainnya laki-laki. Maka, kami berdua menjadi minoritas pria diantara kaum wanita di kelas itu.

Para murid diminta belajar di luar kelas. Membentangkan tikar di halaman, serta menggambar di temani seorang guru, Bu Ana. Sedangkan kelas mereka, hari itu dipenuhi oleh walimurid yang ikut rapat.

Kepala TK, Jalilah SPd menjelaskan dalam tiga bulan ke depan, manajemen sekolah ingin mengikutsertakan para murid beberapa kegiatan di luar sekolah. Kegiatan itu diantaranya lomba shalawat diselenggarakan oleh PT Perta Arun Gas (PT Pertagas) Lhokseumawe, manasik haji oleh Pemerintah Kota Lhokseumawe, serta lomba mewarnai oleh Radio Republik Indonesia (RRI) Lhokseumawe.

Untuk kegiatan lomba mewarnai, sekolah meminta kerjasama orang tua menyiapkan bahan menggambar, mulai dari crayon (pewarna), buku gambar, dan meja. Buku gambar dan meja ini buat murid berlatih di rumah. Sedangkan di sekolah, tersedia kertas, crayon dan buku gambar secara gratis.

Suasana anak TK Bunda saat menaiki bus umum di Lhokseumawe

Baca juga :

Ada Banyak Manfaat Menggambar bagi Anak Usia Dini

“Nanti, crayon dan meja silakan dibawa saat lomba mewarnai digelar. Sedangkan kertas tersedia di sana. Bapak/ibu juga tolong dibawa anaknya langsung ke lokasi. Nanti guru sudah menunggu di sana,’ sebut wanita paruh baya itu.

Kami pun mengaminkan. Sedangkan untuk latihan manasik haji, walimurid diminta menyiapkan pakaian ihram. “Bisa pakai kain putih atau handuk putih saja. Tak perlu mewah dan mahal,” kepala sekolah mengingatkan.

Saat ditanya ada pertanyaan, relatif para orang tua menyetujui. Mereka hanya menanyakan jadwal dan tanggal kegiatan, agar mengetahui kapan anaknya dibawa ikut serta rangkaian acara tersebut.

Keterlibatan guru, walimurid, dan anak dalam rangkaian sistem pendidikan dini tentu menjadi keniscayaan. Ketiganya penyokong pendidikan dasar dan menumbuhkan karakter anak.

Interaksi antara ketiganya dapat berdampak positif pada kepribadian anak. Misalnya, Bu Ana, guru putra saya, menyampaikan evaluasinya, bahwa putra saya mampu menyampaikan gagasan dengan baik, sistematis, dan menarik kesimpulan dengan apik. Namun, putra saya kurang cepat soal angka-angka dan huruf. Dia kerap ragu memastikan bahwa huruf yang disebutnya adalah huruf-A,B, C- begitu juga dengan angka.

Baca juga :

Meningkatkan Daya Ingat Anak

Dari keterangan ini, saya jadi bisa melatih putra saya mengenal huruf dan angka-angka. Cara yang saya pilih yaitu membeli mainan angka dan huruf. Kami bermain tebak-tebakan, soal angka dan huruf ini.

Baca juga :

Mengajarkan Matematika Pada Anak Prasekolah

Cara Mengajarkan Calistung pada Anak PAUD

Di sinilah pentingnya relasi apik antara guru dan walimurid. Agar orangtua terlibat dalam proses pendidikan anaknya sejak dini. Sehingga, begitu terjadi masalah, prestasi anaknya anjlok, mentalnya lemah, maka guru menjadi obyek tempat menumpahkan kesalahan.

Orangtua harus sadar, sekolah bukan tempat memastikan seluruh perkara pendidikan, mulai karakter, hingga prestasi anak dapat diraih maksimal, dengan raihan memuaskan. Namun di sana sarana pembelajaran. Perlu komitmet bersama untuk meraih kata-sukses-buat sang anak. Dari sinilah, seharusnya, orang tua terlibat aktif.

Murid TK Bunda saat berkunjung ke Terminal Kereta Api, Krueng Geukuh, Aceh Utara

Pendidikan Karakter

Di sisi lain, sebagai tempat pendidikan anak usia dini, TK menjadi gerbang awal pembentukan karakter. Dari sini, anak-anak akan dilatih berhemat, menabung, bersedekah, dan kegiatan positif lainnya.

Di sekolah putra saya, dibuat program menabung. Buku tabungan dibawa pulang oleh murid, diwajibkan agar orang tua memarafnya. Tujuannya tentu agar murid dilatih berhemat dan menabung untuk keperluan jangka panjang. Saya, bahkan mengimpropisasi program tabungan itu, sekali waktu saya tak berikan uang buat tabungan sekolah anak. Saya menjelaskan bahwa hari ini belum ada uang buat tabungan. Besok atau lusa kita usahakan buat menabung.

Putra saya mengangguk. Dia memahami penjelasan saya bahwa, Abinya harus bekerja dulu, mencari uang, dan memintanya berdoa agar mendapat rezeki dari Allah SWT, sehingga bisa disisihkan buat menabung.

Saya ingin, agar dia paham, bahwa menabung itu butuh proses, yaitu mencari rezeki dan menyisakannya buat ditabung. Tentu, saya berharap agar dia memiliki karakter rajin dan bisa menabung. Pepatah bijak bahwa menabung pangkal kaya, masih relevan diajarkan. Namun perlu diberi contoh nyata proses sebelum tabungan itu dilakukan.

Suasana rapat wali murid di TK Bunda, Kota Lhokseumawe

Komunikasi Intensif

Begitupun peran nyata orang tua dan masyarakat menjadi keniscayaan. Cara kami terlibat aktif yaitu menyiapka keperluan sekolah, semisal, jika ada kegiatan maka, walimurid siap membantu apa saja buat sekolah. Semisal, menyiapkan pemesanan kendaraan, jika ada kegiatan murid di luar sekolah. Partisipasi aktif ini penting untuk mendukung kemajuan sekolah.

Selain itu, komunikasi intensif antara walimurid dan guru tentu harus terjadi. Istri saya bahkan kerap berkomunikasi dengan guru putra saya layaknya antara seorang adik dan kakak. Sehingga, mereka akrab dan seringkali berkomunikasi lewat aplikasi whatsapp. Harus diciptakan suasana kekeluargaan antara masyarakat, guru dan manajemen sekolah.

Dari sini, kita berharap akan lahir generasi masa depan Indonesia berintegritas, jujur, dan welas asih antar sesama. Sehingga mereka bukan individualis yang mementingkan diri dan kelompoknya. Namun berpikir global, untuk bangsa dan rakyat nusantara. Bahwa mereka sesama warga Indonesia adalah saudara, bahwa mereka adalah besahabat dan keluarga. #sahabatkeluarga

 

Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Pendidikan Keluarga, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI, 2018.

Info Lomba :

Lomba Blog Pendidikan Keluarga, Kemendikbud RI 2018

You may be interested

Buku Pengantar Jurnalisme Multiplatform Cetak Ulang ke 2
BUKU
0 shares757 views
BUKU
0 shares757 views

Buku Pengantar Jurnalisme Multiplatform Cetak Ulang ke 2

masriadisambo - Des 02, 2018

Buku Pengantar Jurnalisme Multiplatform karya Masriadi Sambo (dosen Ilmu Komunikasi Universitas Malikussaleh dan jurnalis Kompas.com) dan Jafaruddin Yusuf (Jurnalis Harian…

Di Tengah Desing Mesiu 
CATATAN
0 shares739 views
CATATAN
0 shares739 views

Di Tengah Desing Mesiu 

masriadisambo - Nov 09, 2018

  CERPEN : Masriadi Sambo |Republika | 4 November 2018   Kami duduk selonjor di teras rumah, setelah berziarah, ke…

MALANG [2]  Sehari Metik Apel di Kota Batu
TRAVEL
0 shares658 views
TRAVEL
0 shares658 views

MALANG [2] Sehari Metik Apel di Kota Batu

masriadisambo - Okt 25, 2018

Minggu, langit Kota Malang begitu cerah. Jam menunjukan pukul 08.00 WIB, ketika rombongan kami menumpangi bus pariwisata mulai bergerak dari…

Leave a Comment

Your email address will not be published.