Header Ad

MALANG [1] Menyesap Oksigen, Menikmati Musik

22 Oktober 2018
701 Views

UDARA dingin membakap Kota Malang, Sabtu (20/10/2018). Kami menyusuri Kota Malang menuju Jalan Sidomakmur, No 86, Letak Sari, Mulyoagung, Dau, Kota Malang.

Dari lintas jalan menuju Kota Batu itu tak begitu jelas terlihat –Oksigen Coffe dan Workshop—tempat kami ingin bersantai malam. Hanya temaram lampu kuning keemasan membalut sebuah bangunan dengan kosep terbuka. Nyaris tanpa dinding.

Dari jalan menuju bangunan itu sekitar 50 meter. Kiri-kanan jalan terlihat tanaman petani lokal daerah itu, seperti padi yang baru berusia sekitar dua pekan, dan tanaman jagung di sisi lainnya.

Suara musik mengalun di sekitar bangunan, keyboard dengan lagu-lagu Via Valen, hingga Ari Lasso dinyanyikan secara bergantian oleh pengunjung kafe. Perangkat band lengkap seperti gitar dan drum juga berada di sana.

Foto-foto penyair dan seniman legendaris tanah air dipajang besar-besar diantaranya Pramoedya Ananta Toer, Teguh Karya, WS Rendra, dan Affandi. “Silakan duduk, akhirnya sampai juga,” kata pemilik kafe itu, Bambang Sugiyanto ramah. Istrinya, Lintang setia duduk di pinggir keyboard,menyemangati pengunjung yang sedang bernyanyi.

“Minum kopi Vietnam Drip?” tanya penulis puisi itu.

Kami mengangguk dan dua cangkir kopi plus ceminal bakpao ukuran kecil tersaji di meda. Ya, kafe itu menjadi salah satu tempat paling nyaman buat nongkrong bagi generasi milineal di kota dengan slogan Malang Kucecwara itu.

Malam hari, kerlap-kerlip lampu Kota Batu terlihat jelas dari tempat itu. Sekeliling kafe terdapat aneka tumbuhan petani. Praktis udara sejuk menyusup tulang.

Bagi anda yang tak terbiasa udara sejuk, baiknya mengenakan jaket ke kafe itu. “Ini baru dibuka dua bulan. Setelah saya putuskan balik kampung, ya inilah usaha saat ini,” kata Bambang yang lama menetap di Jakarta, dan Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Kecintaannya akan dunia sastra terlihat dari dinding kafe yang penuh dengan foto seniman besar tanah air itu. Di kafe itu pula, Bambang menyiapkan aneka makanan, mulai dari sosis, aneka kopi, jus, dan kacang. “

Lokasi itu awalnya sawah milik seorang petani lokal, Misdi. Lalu, satu hari Bambang bertemu Misdi dan menawarkan kerjasama dalam bentuk sewa. Misdi setuju dengans sewa selama sepuluh tahun. Maka, sejak dua bulan lalu pula Bambang merombaknya menjadi kafe dan workshop. Luasnya sekitar 20 x 60 meter.

Malam itu terlihat remaja, umumnya mahasiswa berkumpul di sana. Sebagian malah terlihat menghidupkan laptop untuk mengerjakan tugas kuliah. Mereka berasal dari Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Islam Malang, dan Universitas Malang.

“Pengujung lain juga terbuka datang kemari. Saya ingin membuat tempat ini nyaman, bisa digunakan untuk semuanya, bisa diskusi, bermusik, bedah buku, baca puisi dan lainnya. Saya ajak semua penggemar seni dan sastra hayuk nongkrong di sini,” terang Bambang.

Murid WS Rendra itu pun pelan-pelan terus mengembangkan bisnisnya. Baginya, bisnis itu sekaligus tempat warga Malang untuk mengisi ruang-ruang seni dan sastra. Sejak dulu, pria ini mengimpikan memiliki tempat dengan area di tengah sawah. Dan kali ini dia telah menemukannya.

“Kalau datang sore hari ini indah sekali, sejuk sekali, melihat petani, burung-burung dan lainnya sembari menikmati kopi, atau makanan lainnya,” terang Bambang. Ucapan Bambang tak berlebihan, Memang nyaman bersantai di kafe yang dibuka sejak pukul 15.00 WIB hingga tutup tengah malam itu.

Dalam jangka panjang, Bambang ingin membuka kafe itu 24 jam. Saat ini, dia tengah membenahi memperbanyak menu, menyiapkan nasi goreng, mie dan makanan “berat” lainnya. Dengan enam pekerja, kafe itu siap menyambut pengunjung saban waktu.

Malam semakin larut, satu-satu pengunjung kafe memilih pulang. Sebagian masih bertahan sembari bernyanyi pelan. Dan, dingin terus menusuk tulang. Kami pun pulang, dengan sejuta kenangan, akan berkunjung lagi di tempat yang santai, sembari melihat bulan, kerdipan lampu dan udara nan sejuk di Kota Malang. |MASRIADI SAMBO

You may be interested

Buku Pengantar Jurnalisme Multiplatform Cetak Ulang ke 2
BUKU
0 shares756 views
BUKU
0 shares756 views

Buku Pengantar Jurnalisme Multiplatform Cetak Ulang ke 2

masriadisambo - Des 02, 2018

Buku Pengantar Jurnalisme Multiplatform karya Masriadi Sambo (dosen Ilmu Komunikasi Universitas Malikussaleh dan jurnalis Kompas.com) dan Jafaruddin Yusuf (Jurnalis Harian…

Di Tengah Desing Mesiu 
CATATAN
0 shares736 views
CATATAN
0 shares736 views

Di Tengah Desing Mesiu 

masriadisambo - Nov 09, 2018

  CERPEN : Masriadi Sambo |Republika | 4 November 2018   Kami duduk selonjor di teras rumah, setelah berziarah, ke…

MALANG [2]  Sehari Metik Apel di Kota Batu
TRAVEL
0 shares656 views
TRAVEL
0 shares656 views

MALANG [2] Sehari Metik Apel di Kota Batu

masriadisambo - Okt 25, 2018

Minggu, langit Kota Malang begitu cerah. Jam menunjukan pukul 08.00 WIB, ketika rombongan kami menumpangi bus pariwisata mulai bergerak dari…

Leave a Comment

Your email address will not be published.