Senja di Taman Ngieng Jioh
Senja hampir saja tiba ketika saya mengunjungi Taman Ngieng Jioh, Desa Blang Payang, Kecamatan Muara Dua, Kota Lhokseumawe. Namun, di langit awan gelap menutup sebagian kawasan perbukitan itu.
Ya, di puncak bukit yang kerap disapa jajaran Bukit Jepang itu lah terletak Taman Ngieng Jioh. Nama taman itu diambil dari bahasa Aceh yang artinya melihat jauh. Sebagian remaja berada di pinggiran tiang-tiang yang dibangun agak curam. Namun, jangan khawatir, lokasi ini memang digunakan untuk tempat berfoto dan bersantai. Di pinggirnya dipasang pagar pengamanan, agar pengunjung nyaman dan tak jatuh ke bawah yang penuh dedaunan.
Penyebutan Bukit Jepang untuk deretan bebukitan di kawasan taman ini merujuk pada bunker pertahanan ketika prajurit Jepang menjajah Indonesia. Di sejumlah jajaran bukit ini terdapat bunker sebagai lokasi pertahanan. Lokasi ini pula dipilih Jepang untuk mengawasi kawasan Selat Malaka.
Dari atas bukit ini, nun jauh di sana terlihat hamparan laut membiru dengan kapal-kapal nelayan yang terlihat kecil. Terlihat jelas pula belasan tangki minyak dan gas milik PT Perta Arun Gas (dulunya milik PT Arun NGL) Lhokseumawe.
“Sore begini memang ramai pengunjung. Tapi, hari ini agak sepi. Mungkin karena mendung,” kata Muammar, pemuda lokal yang bekerja sebagai pemandu di obyek wisata yang dibangun sejak 2015 lalu itu.

Tangki Perta Arun Gas
Di atas bukit itu pula semilir angina begitu terasa sejuk. Untuk menuju tempat ini, sangat mudah. Melintaslah lewat jalan nasional Banda Aceh – Medan. Setiba di Desa Blang Payang, persisnya sisi kiri terlihat Taman Makam Pahlawan Lhokseumawe. Di samping makam itu terdapat jalan yang menuju bukit. Ikutilah jalan itu hingga habis, di ujung jalan itu lah taman itu berada.
Menaiki bukit ini pun terbilang mudah. Tidak terlalu curam. Namun, bagi anda pengendara sepeda motor lebih baik berhati-hati, karena bisa jadi, jika tak ahli berkendara sepeda motor akan mundur.
Untuk tiket masuk dipatok hanya Rp 2.000 per orang. Namun, wisata ini paling pas bagi kaum remaja. Banyak spot intagramable. Sedangkan bagi anak-anak tersedia taman tempat mereka bermain dengan aneka kursi di sana.

Swafoto
Agam Khailullah, penggemar foto memilih kawasan itu untuk menyalurkan hobinya memotret. Dari sana, Agam leluasa memotret laut dengan frame tangki minyak dan gas. Aneka burung beterbangan menjadi salah satu sasaran kameranya.
Namun, menurut Muammar, dalam sehari biasanya 200-500 pengunjung datang ke lokasi taman itu. “Lumayan ramai. Mayoritas remaja,” terangnya.
Nah, senja hampir tiba. Siluet jingga terlihat sedikit malu-malu di langit ditimpali awan. Angin semakin kencang. Penasaran, silakan berkunjung. Nikmatilah pemandangan sejauh mata memandang di Taman Ngien Jioh.
MASRIADI SAMBO
You may be interested

Buku Pengantar Jurnalisme Multiplatform Cetak Ulang ke 2
masriadisambo - Des 02, 2018Buku Pengantar Jurnalisme Multiplatform karya Masriadi Sambo (dosen Ilmu Komunikasi Universitas Malikussaleh dan jurnalis Kompas.com) dan Jafaruddin Yusuf (Jurnalis Harian…

Di Tengah Desing Mesiu
masriadisambo - Nov 09, 2018CERPEN : Masriadi Sambo |Republika | 4 November 2018 Kami duduk selonjor di teras rumah, setelah berziarah, ke…
![MALANG [2] Sehari Metik Apel di Kota Batu](http://masriadisambo.unimal.ac.id/wp-content/uploads/2018/10/Apel1-520x312.jpeg)
MALANG [2] Sehari Metik Apel di Kota Batu
masriadisambo - Okt 25, 2018Minggu, langit Kota Malang begitu cerah. Jam menunjukan pukul 08.00 WIB, ketika rombongan kami menumpangi bus pariwisata mulai bergerak dari…