Header Ad

“Menyeka” Keringat dengan Sop Duren

6 Maret 2017
648 Views


WANITA
paruh baya itu terlihat santai berbincang dengan seorang temannya, Sabtu (4/3/2017) sore. Di depannya, lalu lalang aneka kendaraan terdengar sedikit berisik. Tak lama, seorang pengendata singgah.

“Hayok mampir,” kata si wanita.

Pria pengendara sepeda motor itu tersenyum, lalu melangkah. “Dua porsi ya,” sebut sang pria sembari mengangkat jari telunjuk dan tengahnya bersamaan.

Si wanita lalu bangkit, menyerahkan kursinya untuk digunakan sang pria itu. Ya, itulah Susilawati, pemilik warung sop durian Wongkito. Tubuh mungilnya lalu sibuk meracik penganan yang dipesan.

Sementara, teman wanitanya, Dhila yang tadi diajak berdiskusi bersiap-siap merapikan pakaian olahraga. Lalu meloncat pagar Lapangan Jenderal Sudirman milik Komando Militer (Korem) 011 Lilawangsa. Ya, lapangan upacara itu saban sore digunakan sebagai tempat olahraga warga. Sebagian terlihat berlari kecil mengelilingi lapangan, ada juga yang bermain bola voli.

Sebagai fasilitas upacara militer, tentu lapangan itu dilengkapi sarana olahraga yang terbilang komplit. Tak heran, warga kerap menggunakan lapangan itu. Di sepanjang pinggir lapangan itulah letak warung sop durian Wong Kito.

Dari namanya–Wong Kito–tentu tercermin Padang, Sumatera Barat.  Susi baru memulai bisnis kuliner itu tahun lalu. “Idenya kan lihat di Medan. Saya kan menetap di Medan sebelum suami pindah tugas ke mari (Lhokseumawe). Di sana kan banyak penganan pinggir jalan, karena di sini tidak ada sop durian, maka saya milih sop durian,” kata Susi.

Tangannya lincah memasukan jeli, ketan, durian, es, santan dibalur es krem ke dalam mangkuk yang disiapkan.

“Ini pesanannya,” kata Susi pada pembeli.

Susi memiliki dua rak penganan, satu khusus untuk sop durian, satu lagi buat tempat es kream.

Begitu menyuap sop durian itu, dan lumer dilidah, maka wangi durian, nikmatnya ketan dan lemaknya santan menyatu jadi satu dalam mulut. Sungguh nikmat.

Ganti Menu

Layaknya pebisnis baru, Susi awalnya menggunakan air gula sebagai pengganti santan dalam sop durian itu. Ternyata, seorang pembeli komplain dan menyarankan Susi mengganti dengan santan.

“Iya juga saya pikir. Begitu saya coba, kalau air gula, maka rasa ketannya akan hilang. Nah, begitu coba dengan santan, ternyata rasa ketannya masih begitu terasa,” katanya.

Sejak saat itu, dia menetapkan santan sebagai “kuah” dalam sop duriannya. Soal es kream? Susi menjelaskan, dia memiliki sepuluh rasa es kream seperti kapucino, strawberi, kopi, dan lain sebagainya.

“Tinggal dipilih mau dicampur es kream rasa apa. Tapi, es kreamnya saya pesan jadi di Medan. Bukan saya buat sendiri loh,” katanya tersenyum.

Saban hari, dia bisa menjual sekitar 500 porsi sejak pukul 12.00 WIB hingga pukul18.00 WIB. “Alhamdulillah biasanya habis. Lihat tuh di rak saya, sedikit lagi kan,” katanya tak bisa menyembunyikan rasa bahagia.

Saat ditanya soal laba? Susi tersenyum. “Labanya nyaris 50 persen lebih dari modal,” katanya.

Sore semakin dekat. Di lapangan sebagian warga mulai menghentikan aktivitasnya. Lalu beralih ke sop durian. Ya, “menyeka” keringat dengan sop durian sembari menikmati semilir angin nan sejuk di kota yang dulu dijuluki petro dollar itu. |MASRIADI SAMBO

You may be interested

Buku Pengantar Jurnalisme Multiplatform Cetak Ulang ke 2
BUKU
0 shares754 views
BUKU
0 shares754 views

Buku Pengantar Jurnalisme Multiplatform Cetak Ulang ke 2

masriadisambo - Des 02, 2018

Buku Pengantar Jurnalisme Multiplatform karya Masriadi Sambo (dosen Ilmu Komunikasi Universitas Malikussaleh dan jurnalis Kompas.com) dan Jafaruddin Yusuf (Jurnalis Harian…

Di Tengah Desing Mesiu 
CATATAN
0 shares735 views
CATATAN
0 shares735 views

Di Tengah Desing Mesiu 

masriadisambo - Nov 09, 2018

  CERPEN : Masriadi Sambo |Republika | 4 November 2018   Kami duduk selonjor di teras rumah, setelah berziarah, ke…

MALANG [2]  Sehari Metik Apel di Kota Batu
TRAVEL
0 shares656 views
TRAVEL
0 shares656 views

MALANG [2] Sehari Metik Apel di Kota Batu

masriadisambo - Okt 25, 2018

Minggu, langit Kota Malang begitu cerah. Jam menunjukan pukul 08.00 WIB, ketika rombongan kami menumpangi bus pariwisata mulai bergerak dari…

Leave a Comment

Your email address will not be published.